Remaja usia SMA yang merokok dan mencoba untuk berhenti, seringkali gagal. “Walaupun mereka punya sejarah merokok yang lebih pendek, banyak yang langsung terikat pada nikotin dan keterikatan itulah yang merangsang jadi perokok aktif,” kata peneliti dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam buletin mingguan lembaga itu, Morbidity and Mortality edisi May 2009.
Temuan ini didapat dari survei perilaku berisiko anak muda, yang diprakarsai CDC untuk menghitung perilaku berisiko diantara anak-anak SMA di negara tersebut. Diantara 14.041 sampel representatif anak SMA Amerika yang disurvey tahun 2007, CDC menemukan 60,9 persen pelajar yang pernah merokok tiap hari pernah mencoba untuk berhenti. Namun dari yang pernah mencoba berhenti ini hanya 12,2 persen yang berhasil.
Meski tingkat keberhasilan untuk menghentikan kebiasaan ini tak tergantung pada jenis kelamin dan ras, namun sangat tergantung pada faktor umur. Para pelajar di kelas sembilan 22,9 persen yang berhasil berhenti. Sementara yang duduk di kelas 10 (10,7 persen), kelas 11 (8.8 persen) dan kelas 12 (10.0 persen).
Tingginya tingkat keberhasilan diantara anak-anak kelas sembilan dibandingkan yang lebih tua diduga akibat rendahnya tingkat ketergantungan pada rokok perharinya. Atau bisa pula akibat pendeknya periode merokok yang dialami. “Data ini menunjukkan pentingnya mentarget perokok muda dengan konseling saat mereka memang ingin berhenti merokok,” kata para peneliti.
Lebih jauh rekomendasi terbaik saat ini, untuk mencegah anak dari keinginan mulai merokok adalah dengan membuat program kontrol yang komprehensif seperti menaikkan pajak, mempromosikan kebijakan udara bebas rokok, juga pendidikan.
Reuter
*tempo 2009